A little knowledge that acts is worth infinitely more than much knowledge that is idle.

Contact Me

Fb : Nurani ada disini e-mail : eka.nurani@gmail.com

Hati-hati TETANUS!!!

Senin, 08 Oktober 2012


            

Tetanus


Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi akut yang diakibatkan oleh tetanospamin, neurotoksin yang dihasilkan oleh kuman clostridium tetani.
Etiologi
Clostridium tetani adalah obligat anaerob pembentuk spora, gram positif, bergerak, yang habitatnya bisa di tanah, debu, saluran pencernaan berbagai binatang. spora tetanus dapat bertahan hidup dalam air mendidih tapi tidak dalam autoclaf, tetapi sel vegetatif terbunuh oleh antibiotik, panas dan desinfektan.Tidak seperti banyak klostridia, C. tetani bukan orgenisme yang menginvasi jaringan, malahan menyebabkan penyakit melalui pengaruh toksin tunggal, yaitu tetanospamin.

Epidemiologi
Tetanus terdapat di seluruh dunia dan di negara-negara berkembang merupakan penyebab kematian neonatus yang utama. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.
       Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui :
1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
3. OMP, caries gigi
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
5. Penjahitan luka robek yang tidak steril.
Faktor-faktor yang turut menentukan di dalam penyebaran geografisnya mencakup masalah iklim, prevalensi spora C. tetani di dalam tanah dan derajat imunisasi pada kelompok populasi tertentu. Angka serangan rata-rata di Amerikat Serikat misalnya, kira-kira sebesar 1 kasus/juta/tahun.(Mccarney,2007)
Ø  Insiden Tetanus pada maternal dan neonatus
Pada negara berkembang, banyak persalinan yang dilakukan dalam keadaan tidak steril dan tidak ditolong tenaga kesehatan,sehingga ibu dan bayi beresiko untuk mengalami berbagai infeksi yang mengancam kehidupannya misalnya tetanus yang telah terbukti mematikan yang diakibatkan persalinan dan praktek perawatan tali pusar yang salah.Padahal kematian neonatal dan ibu akibat tetanus dapat dengan mudah dicegah dengan praktek higienis dan perawatan tali pusar steril termasuk pemberian imunisasi dengan vaksin tetanus.
Dari sejumlah kasus, tetanus pada bayi baru lahir memiliki angka yang sangat signifikan. Pada umumnya kasus itu, penggunaan gunting yang kotor dan berkarat oleh dukun bayi saat memotong tali pusar bayi adalah penyebabnya. Sekitar 60 persen persalinan di Indonesia masih dilakukan oleh dukun bayi yang tidak terlatih.
 Maternal and Neonatal Tetanus (MNT) perlu dicegah dan dihilangkan atau dikenal dengan Eliminasi Initiative bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus neonatal tetanus dan ibu ke tingkat rendah sehingga MNT tidak lagi menjadi masalah kesehatan publik yang utama.
Perlu diperhatikan pula bahwa tetanus tidak seperti polio dan campak karena tetanus tidak dapat diberantas (spora tetanus terdapat di seluruh dunia), tetapi dapat dicegah melalui imunisasi anak dan wanita hamil dan promosi persalinan yang lebih higienis.
eliminasi MNT didefinisikan sebagai kurang dari satu kasus tetanus neonatal per 1000 kelahiran hidup di setiap distrik.
Pada tahun 1988, WHO memperkirakan bahwa 787.000 bayi meninggal karena tetanus neonatal (NT “neonatal tetanus”).Kemudian pada  akhir tahun 1980an secara global diumumkan bahwa angka kematian NT diperkirakan sekitar 6,7 NT  per 1.000 kelahiran hidup , jelas bahwa hal menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar.
Pada tahun 1989, Majelis Kesehatan Dunia ke-42 menyerukan penghapusan tetanus neonatal pada tahun 1995.Tahun berikutnya, tahun 1990  pada World Summit for Children terdaftar kesepakatan eliminasi tetanus neonatal sebagai salah satu tujuan yang didukung oleh Majelis Kesehatan Dunia ke-44 .Pada tahun 1991 pelaksanaan strategi eliminasi MNT direkomendasikan, tanggal target penghapusan MNT sampai 2000. Pada tahun 2000 tujuan penghapusan global masih belum tercapai dan eliminasi tetanus ibu ditambahkan ke tujuan dengan target waktu 2005
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2008  hanya 59.000 bayi meninggal dari NT, berarti penurunan sekitar  92% dari situasi di akhir 1980-an. Karena sekitar 46 negara masih belum dieliminasi MNT meskipun kemajuan terus dilakukan.
 Pada bulan Desember 2010, 39 negara belum mencapai penghapusan status MNT. Kegiatan untuk mencapai tujuan yang sedang berlangsung di negara-negara ini, dengan banyak kemungkinan untuk mencapai penghapusan MNT dalam waktu dekat.
Sedangkan perkembangan di Indonesia, diperlukan waktu lebih panjang dan strategi khusus bagi sejumlah negara yang belum bisa mengatasi masalah tetanus neonatorum. Sejak 1996, di Indonesia telah diberikan vaksin TT terhadap perempuan usia subur sebanyak tiga kali dosis. Tiga dosis itu akan memberikan ketahanan selama sepuluh tahun.
Untuk proyek eliminasi tetanus neonatorum Indonesia mendapat bantuan dari sejumlah lembaga donor seperti JICA (Japan International Cooperation Agency), USAID (US Agency for International Development) dan KFW (Kreditanstalt Fur Wiederaufbu). Selama 1999-2000, Indonesia mendapat bantuan 22 juta autodisable syringe (alat suntik sekali pakai) dari lembaga donor itu.
Bantuan itu berupa 736.540 vial vaksin tetanus toxoid, 5.891.800 autodisable syringe dan 59 ribu disposable box untuk program imunisasi TT bagi 2.945.900 perempuan usia subur di 12 provinsi: Sumatera Utara, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Pemberian imunisasi TT dilakukan secara gratis, baik di rumah sakit maupun puskesmas.

Patofisiologi
Clostridium tetani dalam bentuk spora dapat memasuki tubuh manusia
melalui luka yang terkontaminasi oleh tanah, debu, kotoran hewan dan manusia. Spora dapat masuk ke tubuh manusia juga lewat luka tusuk yang dalam atau goresan pisau. Spora tetanus juga dapat masuk melalui tubuh ketika kulit rusak oleh luka bakar atau dengan injeksi obat yang terkontaminasi. Sekali spora memasuki luka, mereka memproduksi racun syaraf yang sangat kuat yang menyebar ke tubuh dan menyebabkan rasa nyeri. Spora yang masuk dapat tetap bertahan dalam jaringan normal dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Dalam kondisi yang anaerob, spora yang rangkap menguraikan tetanospamin dan tetanolysin.Tetanospamin lalu memasuki sistem syaraf perifer pada myoneural juction dan ditransportasikan sentripetal ke neurons sistem syaraf pusat. Neuron menjadi incapable untuk melepaskan neurotransmitter. Neurons yang melepaskan GABA dan glisin yang merupakan neurotransmitter yang  merupakan neurotransmitter inhibisi terbesar terutama sensitive terhadap tetanospamin menjadi gagal dalam menghambat respon refleks motorik terhadap stimulasi sensory. Ini menyebabkan kontraksi menyeluruh.
Tetanospasmin itu sendiri dapat mencapai susunan syaraf pusat melalui penyerapan pada sambungan mioneural (myoneural junctions), yang diikuti migrasi melalui ruangan jaringan perineural (perineural tissue spaces) susunan syaraf, atau melalui pemindahan limfosit ke dalam darah dan selanjutnya ke susunan syaraf pusat.


2.1.4        Gejala klinis
Masa tunas tetanus berkisar 2-21 hari, timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului oleh ketegangan otot terutama di daerah rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut ( Trismus) karena spasme otot masseter. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk, dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang klonik sedang berlangsung sering tampak risus sardonikus karena spasme otot muka. Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah beruapa badan kaku denagn opistotonus, tungkai dalam ekstensi, lengan kaku dengan tangan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksismal, dapat dicetuskan oleh rangsang suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadia asfiksia dan sianosis. kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir.



2.1      Pencegahan
Hal ini paling baik dicapai dengan imunisasi secara aktif melalui serangkaian suntikan tetanus toxoid (TT), difteri toxoid, dan vaksin pertusis secara intramuscular sebanyak 3 kali. Idealnya, suntikan tersebut diberikan ketika bayi berusia 2 bulan dilakukan terpisahdengan interval 8 minggu dan setahun kemudian diberikan dosis ke-4. Dosis booster juga diberikan ketika memasuki taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Setelah itu dosis toxoid tetanus dan difteri tipe dewasa (DT) dianjurkan diberikan setiap 10 tahun. Pendekatan tersebut dapat disesuaikan dengan situasi setempat. Imunisasi ibu hamil, yang belum mendapatkan imunisasi, akan memberikan perlindungan kepada bayi segera setelah dilahirkan. Tindakan demikian disarankan pada daerah-daerah yang insiden tetanus neonatorum tinggi. Sebaiknya imunisasi tetanus dilakukan sebelum kehamilan.
Dalam jurnal yang berjudul “Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid Ibu Hamil di Daerah Terpencil “ menginformasikan data kesehatan dalam bentuk gambaran masyarakat pada tingkat kabupaten. Jurnal ini pun memaparkan tentang program pembangunan kesehatan seperti pemberian suntikan imunisasi antitetanus atau Toxoid Tetanus (TT) pada ibu hamil. Sedangkan sampel penelitiannya adalah ibu yang memiliki anak balita. Sampel tersebut sebanyak 217 responden.
Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa upaya pelayanan kesehatan pada ibu hamil cenderung belum mencapai standar pelayanan minimal 80%. Namun bila dilihat dari cakupan pemeriksaan kehamilan atau K4 memperlihatkan bahwa pelayanan antenatal secara lengkap semakin terjangkau, tingkat perlindungan terhadap ibu hamil semakin meningkat, dan kemampuan manajemen program kesehatan ibu dan anak (KIA) semakin baik.
Sumber :
Share This :

Related Templates

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Critical Nurse - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Free Coupon Codes