A little knowledge that acts is worth infinitely more than much knowledge that is idle.

Contact Me

Fb : Nurani ada disini e-mail : eka.nurani@gmail.com

Si Kecil dengan dunianya sendiri...

Rabu, 10 Oktober 2012


Pengertian Autism

Autism adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Kata autisma berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya sendiri”. Pada umumnya penderita autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya. (Mardiyono, 2010)
Penyebab Autism

Penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, beberapa pendapat menyebutkan bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Adapula yang menyebutkan autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autisme.

Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan ditemukan adanya gangguan netabolisme metalotionin.

Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam berat memiliki afinitas yang berbeda terhada metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling kuat dengan terhadap metalotianin dibandingkan logam berat lainnya sepertoi tembaga, perak atau zinc.
Diagnosis Autism

Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism dapat menggunakan pedoman DSM IV. Gangguan Autism berdasarkan DSM-IV:

Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and (3), dengan minimla harus ada 2 gejala dari (1), dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):
                (1) Gangguan Kualitatif dalam Interaksi Sosial, minimal harus ada dua manifestasi:
                          Hendaya dalam perilaku non verbal seperti : kontak mata sangat kurang, ekspresi      

                        muka kurang hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh dalam interaksi sosial

         Kegagalan dalam berhubungan dengan anak sebaya sesuai dengan perkembangannya
                          Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
                          Kurangnya hubungan sosial dan emosional

(2) Gangguan Kualitatif dalam Bidang Komunikasi, minimal 1 gejala di bawah ini:

         Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berlkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
                          Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi
                          Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
                          Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.

(3) Suatu Pola yang Dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan. Sedikitnya harus ada 1 gejala di bawah ini :
                           Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.
                           Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang tidak ada gunanya
                           Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas berulang-ulang.
                           Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda

 Deteksi Dini Autism
Menurut Mardiyono (2010), deteksi dini pada anak dengan autim melalui beberapa tahapan, antara lain :
1. Deteksi Dini Sejak dalam Kandungan
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di dunia masih juga belum mampu mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan. Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas kebutuhan untuk penelitian.
2. Deteksi Dini Sejak Lahir hingga Usia 5 tahun
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi, tetapi penting untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia :

a.       Usia 0-6 bulan
                                 Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
                                 Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
                                 Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
                                 Tidak “babbling”
                                 Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
                                 Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
                                 Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
 
               b.          Usia 6 – 12 Bulan
                               Kaku bila digendong
                               Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
                               Tidak mengeluarkan kata
                               Tidak tertarik pada boneka
                               Memperhatikan tangannya sendiri
                               Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
                               Mungkin tidak dapat menerima makanan cair

       c.            Usia 2 – 3 tahun
                               Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
                               Melihat orang sebagai “benda”
                               Kontak mata terbatas
                               Tertarik pada benda tertentu
                               Kaku bila digendong

        d.          Usia 4 – 5 Tahun
                               Sering didapatkan ekolalia (membeo)
                               Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
                               Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
                               Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
                               Temperamen tantrum atau agresif
 
Deteksi Dini dengan Skrening
 
Beberapa ahli perkembangan anak menggunakan klarifikasi yang disebut sebagai Zero to three's Diagnostic Classification of Mental Health and Development Disorders of Infacy and early Childhood. DC-0-3 menggunakan konsep bahwa proses diagnosis adalah proses berkelanjutan dan terus menerus, sehingga dokter yang merawat dalam pertambahan usia dapat mendalami tanda, gejala dan diagnosis pada anak. Menurut Judarwanto W (2010), beberapa deteksi dini dengan menggunakan skrening antara lain :

a.       MSDD  (Multisystem Developmental Disorders)

MSDD (Multisystem Developmental Disorders) adalah diagnosis gangguan perkembangan dalam hal kesanggupannya berhubungan, berkomunikasi, bermain dan belajar. Gangguan MSDD tidak menetap seperti gangguan pada Autistis Spectrum Disorders, tetapi sangat mungkin untuk terjadi perubahan dan perbaikkan. Pengertian MSDD meliputi gangguan sensoris multipel dan interaksi sensori motor. Gejala MSDD meliputi : gangguan dalam berhubungan sosial dan emosional dengan orang tua atau pengasuh, gangguan dalam mempertahankan dan mengembangkan komunikai, gangguan dalam proses auditory dan gangguan dalam proses berbagai sensori lain atau koordinasi motorik.
b.      Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II

PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan oleh Siegel B. dari Pervasive Developmental Disorders Clinic and Laboratory, Amerika Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak digunakan di berbagai pusat terapi gangguan perliaku di dunia. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai alat bantu diagnosis atau skrening Autis.
c.       Deteksi Dini Dengan Chat (Cheklist in Toddler)

Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk skreening (uji tapis) pada penyandang autism sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah CHAT (Checklist Autism in Toddlers). CHAT dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000 balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint attention. Menurut American of Pediatrics, Committee on Children With Disabilities. Technical Report : The Pediatrician's Role in Diagnosis and Management of Autistic Spectrum Disorder inChildren.
2.      Rapid Attention Back and Fourt Comunicattion Test

Tes untuk mengetahui gejala autisme pada anak yang ada saat ini rata-rata memakan waktu hingga dua jam. Untuk itu, tim peneliti dari Universitas Emory dan Georgia Tech mencoba menawarkan cara baru yang lebih cepat. Dengan metode ‘Rapid Attention Back and Forth Communication Test’ atau “Rapid ABC”, uji gejala autisme anak hanya berlangsung selama lima menit. Caranya, anak dilibatkan dalam kegiatan yang sederhana yang memerlukan konsentrasi, komunikasi, dan pengenalan. Tes sangat efektif untuk mengetahui gejala awal autisme pada anak usia 18 bulan hingga dua tahun. Meski begitu, tes ini tidak dapat menggantikan screening autisme secara komprehensif. Setelah  mengidentifikasi cepat anak yang berisiko autisme di awal perkembangan, mereka harus segera mendapat terapi.

Menurut Levine (2008), mengatakan gejala gangguan spektrum autisme mencakup gangguan dalam interaksi sosial dan komunikasi, tetapi juga dicirikan oleh perilaku yang tidak biasa seperti gerakan berulang, mengepakkan tangan dan kurangnya kontak mata. Sebelumnya diagnosis dan intervensi terkait dengan hasil jangka panjang lebih baik, ” katanya seperti dikutip dari Momlogic. Levine juga mencatat bahwa jika orangtua curiga anak mereka mungkin terkena autisme, tes Rapid ABC hanyalah tes cepat. Kemudian harus dilanjutkan dengan uji diagnostik untuk evaluasi emosional dan fisik secara menyeluruh.
 
Sumber :
            Departemen Psikiatrik FK-UI. Deteksi Dini Gangguan Jiwa pada Anak. Jakarta.               
            Hamid A.Y (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
           Mardiyono A (2010). http://www.pdkjateng.go.id/index.php/upt/bpdiksus/196-deteksi-dini
           autism. Di akses pada tanggal 01 November 2010.
Share This :

Related Templates

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Critical Nurse - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Free Coupon Codes