Pengertian Autism
Autism adalah
gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Kata autisma berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti
sendiri yang ditujukanpada seseorang yang menunjukkan gejala “hidup dalam
dunianya sendiri”. Pada umumnya penderita autisma mengacuhkan suara,
penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya
reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama
sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial
(pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan
sebagainya. (Mardiyono, 2010)
Penyebab Autism
Penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli
menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, beberapa pendapat menyebutkan bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Adapula yang menyebutkan autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah
atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan
kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan
fisik termasuk autisme.
Walaupun
paparan logam berat (air raksa) terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian
kecil saja yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin berkaitan dengan teori
genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa penelitian
anak autism tampaknya didapatkan ditemukan adanya gangguan netabolisme
metalotionin.
Metalotionon
adalah merupakan sistem yang utama yang dimiliki oleh tubuh dalam
mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam berat
memiliki afinitas yang berbeda terhada metalotionin. Berdasarkan afinitas
tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling kuat dengan terhadap
metalotianin dibandingkan logam berat lainnya sepertoi tembaga, perak atau
zinc.
Diagnosis Autism
Untuk menetapkan diagnosis gangguan
autism dapat menggunakan pedoman DSM IV. Gangguan Autism
berdasarkan DSM-IV:
Harus ada sedikitnya 6 gejala
dari(1), (2), and (3), dengan minimla harus ada 2 gejala dari (1), dan satu
gejala masing-masing dari (2) dan (3):
(1) Gangguan Kualitatif dalam
Interaksi Sosial, minimal harus ada dua manifestasi:• Hendaya dalam perilaku non verbal seperti : kontak mata sangat kurang, ekspresi
muka kurang hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh dalam interaksi sosial
•
Kegagalan dalam
berhubungan dengan anak sebaya sesuai dengan perkembangannya
•
Tidak dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain• Kurangnya hubungan sosial dan emosional
(2) Gangguan
Kualitatif dalam Bidang Komunikasi, minimal 1 gejala di bawah ini:
•
Bicara
terlambat atau bahkan sama sekali tak berlkembang (tak ada usaha untuk
mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
•
Bila bisa bicara
tidak dipakai untuk komunikasi• Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
• Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.
(3) Suatu Pola
yang Dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan. Sedikitnya
harus ada 1 gejala di bawah ini :
•
Mempertahankan
satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.• Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang tidak ada gunanya
• Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas berulang-ulang.
• Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda
1. Deteksi Dini Sejak dalam Kandungan
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di dunia masih juga belum mampu mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan. Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas kebutuhan untuk penelitian.
2. Deteksi Dini Sejak Lahir hingga Usia 5 tahun
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi, tetapi penting untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia :
a.
Usia 0-6 bulan
•
Bayi tampak
terlalu tenang ( jarang menangis)• Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
• Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
• Tidak “babbling”
• Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
• Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
• Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
b. Usia 6 – 12 Bulan
• Kaku bila digendong
• Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
• Tidak mengeluarkan kata
• Tidak tertarik pada boneka
• Memperhatikan tangannya sendiri
• Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
• Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
c. Usia 2 – 3 tahun
•
Tidak tertarik
untuk bersosialisasi dengan anak lain• Melihat orang sebagai “benda”
• Kontak mata terbatas
• Tertarik pada benda tertentu
• Kaku bila digendong
d.
Usia 4 – 5 Tahun
•
Sering
didapatkan ekolalia (membeo)• Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
• Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
• Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
• Temperamen tantrum atau agresif
Deteksi Dini dengan Skrening
Beberapa ahli perkembangan anak menggunakan klarifikasi yang disebut sebagai Zero to three's Diagnostic Classification of Mental Health and Development Disorders of Infacy and early Childhood. DC-0-3 menggunakan konsep bahwa proses diagnosis adalah proses berkelanjutan dan terus menerus, sehingga dokter yang merawat dalam pertambahan usia dapat mendalami tanda, gejala dan diagnosis pada anak. Menurut Judarwanto W (2010), beberapa deteksi dini dengan menggunakan skrening antara lain :
a. MSDD (Multisystem Developmental Disorders)
MSDD (Multisystem Developmental Disorders) adalah diagnosis
gangguan perkembangan dalam hal kesanggupannya berhubungan, berkomunikasi,
bermain dan belajar. Gangguan MSDD tidak menetap seperti gangguan pada Autistis
Spectrum Disorders, tetapi sangat mungkin untuk terjadi perubahan dan
perbaikkan. Pengertian MSDD meliputi gangguan sensoris multipel dan interaksi
sensori motor. Gejala MSDD meliputi : gangguan dalam berhubungan sosial dan
emosional dengan orang tua atau pengasuh, gangguan dalam mempertahankan dan
mengembangkan komunikai, gangguan dalam proses auditory dan gangguan dalam
proses berbagai sensori lain atau koordinasi motorik.
b. Pervasive
Developmental Disorders Screening Test PDDST – II
PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah
dikembangkan oleh Siegel B. dari Pervasive Developmental Disorders Clinic and
Laboratory, Amerika Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak digunakan di
berbagai pusat terapi gangguan perliaku di dunia. Beberapa penelitian
menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai alat bantu diagnosis atau skrening
Autis.
c. Deteksi
Dini Dengan Chat (Cheklist in Toddler)
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk skreening (uji
tapis) pada penyandang autism sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah CHAT
(Checklist Autism in Toddlers). CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000 balita. Pertanyaan berjumlah 14
buah meliputi aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint attention.
Menurut American of Pediatrics, Committee on Children With Disabilities.
Technical Report : The Pediatrician's Role in Diagnosis and Management of
Autistic Spectrum Disorder inChildren.
2.
Rapid
Attention Back and Fourt Comunicattion Test
Tes untuk
mengetahui gejala autisme pada anak yang ada saat ini rata-rata memakan waktu
hingga dua jam. Untuk itu, tim peneliti dari Universitas Emory dan Georgia Tech
mencoba menawarkan cara baru yang lebih cepat. Dengan metode ‘Rapid Attention
Back and Forth Communication Test’ atau “Rapid ABC”, uji gejala autisme anak
hanya berlangsung selama lima menit. Caranya, anak dilibatkan dalam kegiatan
yang sederhana yang memerlukan konsentrasi, komunikasi, dan pengenalan. Tes
sangat efektif untuk mengetahui gejala awal autisme pada anak usia 18 bulan
hingga dua tahun. Meski begitu, tes ini tidak dapat menggantikan screening
autisme secara komprehensif. Setelah mengidentifikasi cepat anak yang
berisiko autisme di awal perkembangan, mereka harus segera mendapat terapi.
Menurut Levine
(2008), mengatakan gejala gangguan spektrum autisme mencakup gangguan dalam
interaksi sosial dan komunikasi, tetapi juga dicirikan oleh perilaku yang tidak
biasa seperti gerakan berulang, mengepakkan tangan dan kurangnya kontak mata.
Sebelumnya diagnosis dan intervensi terkait dengan hasil jangka panjang lebih
baik, ” katanya seperti dikutip dari Momlogic. Levine juga mencatat
bahwa jika orangtua curiga anak mereka mungkin terkena autisme, tes Rapid ABC
hanyalah tes cepat. Kemudian harus dilanjutkan dengan uji diagnostik untuk
evaluasi emosional dan fisik secara menyeluruh.
Sumber :
Departemen
Psikiatrik FK-UI. Deteksi Dini Gangguan Jiwa pada Anak. Jakarta.
Hamid A.Y (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
Mardiyono A (2010). http://www.pdkjateng.go.id/index.php/upt/bpdiksus/196-deteksi-dini
autism. Di akses pada tanggal 01 November 2010.
0 komentar:
Posting Komentar