A little knowledge that acts is worth infinitely more than much knowledge that is idle.

Contact Me

Fb : Nurani ada disini e-mail : eka.nurani@gmail.com

Sistem Informasi Keperawatan

Jumat, 05 Oktober 2012


             
Teknologi sesungguhnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di Rumah sakit. Sampai detik ini, institusi pemberi pelayanan kesehatan di Rumah sakit-rumah sakit di Negara selain Indonesia terus mengembangkan system pelayanan keperawatannya dengan menggunakan teknologi informasi. Hal ini karena telah diyakini bahwa implementasi teknologi sebagai penunjang utama manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit telah terbukti “handal”.
Perkembangan Teknologi telah melahirkan semangat perubahan yang luar biasa pada kita. komputer, sistem informasi dan SDM bahkan knowledge (ilmu pengetahuan) menjadi satu kesatuan yang utuh. didunia perbankan, industri, perusahaan bahkan pendidikan, Teknologi informasi menjadi supporting system yang kokoh.
begitu juga didunia kesehatan. Rumah sakit-rumah sakit terus mengembangkan sistem informasinya sehingga diharapkan mampu meningkat “performanya”.
perkembangan yang luar biasa dari teknologi informasi yang kemudian oleh hampir semua rumah sakit dikemas menjadi sebuah sistem dengan beragam nama, menjadikan sistem pelayanan di rumah sakit, khususnya dalam konteks billing sistem menjadi lebih terukur dan teratur.
Terlepas dari perkembangan sistem infomasi di rumah sakit yang sampai sekarang “terus ramai” dikembang dan diimplementasikan, sesungguhnya ada satu sistem penunjang utama pelayanan rumah sakit yang sampai sekarang tidak banyak dibahas dalam setiap pembahasan sistem informasi rumah sakit. apa itu?
Perkembangan teknologi di bidang kesehatan telah melahirkan pemikiran bahwa dokumentasi asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan lebih cepat, mudah dan sistematis. Dengan ini maka efisiensi akan didapat dan aktivitas pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan benar oleh setiap perawat.
Dengan adanya pendokumentasian asuhan keperawatan yang benar, legal dan sistematis tersebut, maka setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Selain itu, pendokumentasian asuhan keperawatan yang benar, legal dan sistematis dapat digunakan sebagai data untuk merencanakan asuhan keperawatan yang akan datang, sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif dan efisien.
Rumah sakit-rumah sakit di negara maju telah menyikapi kondisi tersebut dengan menggunakan komputer dalam pendokumentasian asuhan keperawatan klien. Sistem pencatatan dengan menggunakan komputer diterapkan pertama kali di rumah sakit El Camino, California pada akhir tahun 1960-an. Di masa itu, komputer digunakan untuk mengolah seluruh data klien yang diperoleh selama klien dirawat di rumah sakit. Tahun 1970-an banyak institusi kesehatan yang mengembangkan Sistem Informasi Manajemennya (SIM) dengan menggunakan komputer. Seiring perkembangan praktik keperawatan, pada tahun 1980-an dibuat software khusus keperawatan untuk mempermudah pendokumentasian yang dikenal dengan istilah Computer-based Patient Record System (CPRS). Di tahun tersebut, microcomputer atau Personal Computer (PC) juga diciptakan. Hal tersebut menjadikan penggunaan komputer lebih mudah digunakan oleh perawat maupun praktisi kesehatan lainnya. (Saba&McCormick, 1996 disitasi dari Craven&Hirnle, 2000)

Di Indonesia, sejak 2000-an, pemanfatan teknologi informasi untuk mendukung asuhan keperawatan mulai diwacanakan. Bahkan pada tahun 2002, RS Charitas palembang mulai membuat model dokumentasi asuhan keperawatannya dengan menggunakan komputer. Selanjutnya pada tahun 2004, Rumah sakit fatmawati juga membuat model yang hampir sama dengan RS Charitas palembang. Sebuah terobosan yang luar biasa tentunya ditengah ketidakpercayaan hampir sebagian besar manajemen rumah sakit bahwa teknologi informasi mampu menunjang pelayanan keperawatan agar lebih baik dan berkualitas
.

Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer
 
Pencatatan pasien yang terkomputerisasi (computerized patient records) mengalami perkembangan pesat, sehingga perlu diciptakan tata bahasa baku dalam menggambarkan masalah-masalah pasien yang dapat dipahami secara universal dan konsisten diantara para perawat (Doenges et al. 1999). Pembakuan bahasa dan model pencatatan yang disepakati harus yang dikuasai oleh pelaksana dokumentasi, seperti jika perawat memutuskan pendokumentasian pengkajian keperawatan berdasar teori ‘orem’ maka perawat harus tahu tentang penerapannya dalam pendokumentasian. Termasuk pendokumentasian diagnosa keperawatan menurut NANDA/Carpenito/Doengoes atau lainnya, intervensi keperawatan dengan NOC dan NIC, implementasi keperawatan berdasarkan waktu, dan evaluasi dalam bentuk SOAP.
Salah satu tantangan besar dalam informatika kesehatan adalah disepakatinya standar klasifikasi dan terminologi yang mencakup berbagai konsep (kedokteran, keperawatan, laboratorium, obat, patient safety, images, pertukaran data, demografis) (Suparti, 2005). Ini menguntungkan bagi sistem karena secara keseluruhan akan terdokumentasi dengan software yang kompleks. Khususnya dokumentasi asuhan keperawatan harus ada standar baku yang disetting berdasarkan model tertentu. Pendokumentasin pengkajian keperawatan yang sudah dilaksanakan di Indonesia adalah model sistem, divisi doengoes, dan model kebutuhan dasar.
Model apapun yang digunakan harus dilengkapi dengan isian kajian yang spesifik dibutuhkan oleh anak, sehingga perlu penambahan software yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sebanyak apapun kegiatan yang kita lakukan bila tanpa pendokumentasian maka akan mengurangi manfaat. Kerjakan apa yang kita dokumentasikan dan dokumentasikan apa yang kita lakukan. Selama ini sediaan software pengkajian belum dispesifikan pada kondisi-kondisi tertentu, pendokumentasian yang lebih spesifik mungkin lebih rumit bagi programer namun akan memudahkan kerja perawat dalam memilih option pendokumentasian.
Penerapan sistem informasi keperawatan terkomputerisasi terkait intervensi yang dilakukan di beberapa RS di Indonesia diharapkan spesifik mulai dari Nursing Out Come (NOC) yang baku klasifikasi dan jelas kriterianya; Nursing Intervention Clasification (NIC) disusun secara baku pada setiap klasifikasinya dan disesuaikan juga dengan klasifikasi tujuan (NOC). Perawat tinggal
memilih label NIC yang tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang sesuai dengan tujuan penanganan masalah pasien. Implementasi keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan label NIC dan aktifitas dalam NIC. Perawat tinggal mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan yang telah dilakukan, menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari aktifitas tersebut.
Implementasi yang diinputkan oleh perawat dalam dokumen asuhan keperawatan langsung diintegrasikan dengan Billing System Rumah Sakit, sehingga tidak ada double entry dalam keuangan pasien. Masing masing tindakan perawat telah memiliki harga sendiri sendiri yang telah disahkan oleh rumah sakit, dan perawat tinggal mendokumentasikan dalam SI Keperawatan. Artinya penulisan implementasinya juga dibakukan sehingga perawat yang bertugas mengetik sesuai dengan standar yang ditetapkan. Evaluasi kriteria, skala, dan target. Setelah perawat menentukan kriteria, skala dan target pada hari pertama, maka pada hari berikutnya tinggal memilih skala yang sesuai dengan kondisi pasien, antara 1 – 5, disesuaikan dengan kondisi pasien.
Penggunaan teknologi dalam keperawatan bisa menjadi kebahagiaan dan derita, bahagia bagi pengembangan sistem dan derita bagi sistem yang belum siap menerapkan. Teknologi dapat menjawab hal-hal yang makin ‘njlimet’ dan juga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Dengan semakin digunakannya teknologi dalam keperawatan seharusnya semakin meningkatkan kompetensi teknologi seperti ‘caring’ dalam keperawatan (Rozzano, Marquerite, 2001). "I think people are often afraid that technology is making us less human."(C.Brazeal,2001).
Teknologi informasi keperawatan yang terkait dengan ‘caring’ masih sulit untuk diterapkan dan masih menjadi kontroversi, karena jelas ada bedanya pertemuan langsung dengan pasien dibandingkan dengan pendekatan teknologi (Mary McGrath, 2008).

Sumber:
http://www.inna-ppni.or.id/innappni/berita-183-sistem-informasi-keperawatan.html
http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Umi%20solikhah%20s2%20anak%20uts%20sim%20jumat.pdf
Share This :

Related Templates

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Critical Nurse - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Free Coupon Codes